A. Latar Belakang
Munculnya beberapa teknik pertanian pada abad ke-17 dan abad
ke-18 dapat dilacak dari jenis tanaman baru dan beberapa perubahan ekonomi.
Pada masa sekarang ini di negara yang maju dan sedang berkembang terjadi
perbedaan makin besar dalam taraf hidup masyarakatnya. Hal ini disebabkan
perbedaan antara efisiensi teknologi pertanian dan kenaikan jumlah penduduk.
Perubahan-perubahan di bidang pertanian sebenarnya telah berkali-kali terjadi
dalam sejarah kehidupan manusia yang biasa dikenal dengan istilah revolusi.
Perubahan dalam bidang pertanian itu dapat berupa peralatan pertanian,
perubahan rotasi tanaman, dan perubahan sistem pengairan. Usaha ini ada yang
cepat dan lambat. Usaha yang cepat inilah disebut revolusi, yaitu perubahan
secara cepat menyangkut masalah pembaruan teknologi pertanian dan peningkatan
produksi pertanian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Revolusi Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan
yang terjadi dalam sistem pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada
dasarnya adalah suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke
cara modern. Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya
meluas ke wilayah Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian
setelah Thomas Robert Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan
memaparkan hasilnya. Malthus menyatakan bahwa kemiskinan adalah masalah yang tidak
bisa dihindari oleh manusia. Di Meksiko pada tahun 1944 didirikan sebuah
pusat penelitian benih jagung dan gandum. Pusat penelitian ini mendapat
bimbingan langsung dari Rockefeller Foundation. Hanya dalam beberapa tahun,
para peneliti di lembaga tersebut berhasil menemukan beberapa varietas baru
yang hasilnya jauh di atas rata-rata hasil varietas lokal Meksiko. Diilhami
oleh kesuksesan hasil penelitian di Meksiko, pada tahun 1962 Rockefeller
Foundation bekerja sama dengan Ford Foundation mendirikan sebuah badan
penelitian untuk tanaman padi di Filipina. Badan penelitian ini dinamakan
International Rice Research Institute (IRRI) yang bertempat di Los Banos,
Filipina. Pusat penelitian initernyata juga menghasilkan suatu varietas padi
baru yang hasilnya jauh melebihi rata-rata hasil varietas lokal di Asia.
Varietas baru tersebut merupakan hasil persilangan genetik antara varietas padi
kerdil dari Taiwan yang bernama Dee-Geowoogen
dan varietas padi jangkung dari Indonesia yang bernama Peta.
Hasil dari persilangan tersebut diberi nama IR 8-288-3 atau
biasa dikenal dengan IR-8 dan di Indonesia dikenal dengan sebutan padi PB-8.
Setelah penemuan padi PB- 8, disusul oleh penemuan varietasvarietas baru yang
lain. Jenis-jenis bibit dari IRRI ini di Indonesia disebut padi unggul baru
(PUB). Pada tahun 1966, IR-8 mulai disebarkan ke Asia diikuti oleh penyebaran
IR-5 pada tahun 1967. Pada tahun 1968 di India, Pakistan, Sri Lanka, Filipina,
Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia telah dilaksanakan penanaman padi jenis
IR atau PUB secara luas di masyarakat. Pada tahun 1976 areal sawah di Asia yang
ditanami PUB sudah mencapai 24 juta hektar. Revolusi Hijau adalah proses
keberhasilan para teknologi pertanian dalam melakukan persilangan (breeding)
antarjenis tanaman tertentu sehingga menghasilkan jenis tanaman unggul untuk
meningkatkan produksi bahan pangan. Jenis tanaman unggul itu mempunyai ciri
berumur pendek, memberikan hasil produksi berlipat ganda (dibandingkan dengan
jenis
tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara lain:
tradisional) dan mudah beradaptasi dalam lingkungan apapun, asal memenuhi syarat, antara lain:
a. Tersedia cukup air
b. Pemupukan teratur
c. Tersedia bahan kimia pemberantas hama
dan penyakit
d. Tersedia bahan kimia pemberantas
rerumputan pengganggu.
B.
Perkembangan Revolusi Hijau di Indonesia
Perkembangan
revolusi hijau yang semakin bertambah pesat, juga berpengaruh terhadap
masyarakat Indonesia. Sebagian besar kondisi social ekonomi masyarakat
Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu pertanian menjadi sector yang sangat
penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, hal ini didasari
oleh:
Ø Kebutuhan penduduk yang meningkat
dengan pesat.
Ø Tingkat produksi pertanian yang
masih sangat rendah.
Ø Produksi pertanian belum mampu
memenuhi seluruh kebutuhan penduduk.
Maka,
berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan melakukan berbagai cara diantaranya dikenal dengan
sebutan sebagai berikut:
Ø Intensifikasi
pertanian
Intensifikasi
pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan
pancausaha tani, panca usaha tani ini meliputi:
a. Pemilihan dan penggunaan bibit unggul
atau varitas unggul
b. Pemupukan yang teratur
c. Pengairan yang cukup
d. Pemberantasan hama secara intensif
e. Teknik penanaman yang lebih teratur.
Ø Ekstensifikasi
pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu usaha
meningkatkan produksi pertanian dengan membuka lahan baru termasuk usaha
penangkapan ikan dan penanaman rumput untuk makanan ternak.
Ø Diversifikasi
pertanian
Diversifikasi
pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan
keanekaragaman usaha tani.
Ø Rehabilitasi
pertanian
Rehabilitasi
pertanian yaitu usaha meningkatkan produksi pertanian dengan pemulihan
kemampuan daya produkstivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.
Dalam pelaksanaannya
Revolusi Hijau dilakukan dalam bermacam bentuk dan cara. Di
Indonesia misalnya Revolusi Hijau dilakukan melalui “komando dan subsidi”.
Program BIMAS atau Bimbingan Massal tahun 1970 adalah salah satu bentuk
pelaksanaan Revolusi Hijau. Bimas adalah suatu paket program pemerintah yang
berupa teknologi pertanian, benih hibrida, pupuk kimia, pestisida, dan bantuan
kredit. Ketika jumlah peserta BIMAS menurun, pemerintah melontarkan program
baru INMAS (intensifikasi massal) yakni suatu program kredit sebagai lanjutan
bagi peserta Bimas. Pada tahun 1979 sekali lagi sebuah program baru bernama
INSUS (intensifikasi khusus) diluncurkan. Tujuannya adalah untuk mendorong
petani menanam tanaman sambil mengontrol hama padi.
Program-program yang
diluncurkan pemerintah ini dibarengi dengan beberapa subsidi. Bentuk-bentuk
subsidi tersebut adalah :
a. Bantuan dan subsidi besar
besaran terhadap harga pupuk kimia
b. Subsidi terhadap kredit
pertanian
c. Pembayaran gabah oleh
negara melalui operasi pembelian dengan harga dasar dan pembangunan stok
persediaan
d. Meningkatkan kuantitas
irigasi serta pinjaman modal melalui utang luar negeri.
Hasil kuantitatif
Revolusi Hijau di Indonesia memang menakjubkan. Di satu pihak pertanian di Jawa
mampu memproduksi dua kali lipat padi dari hasil pertanian di Pulau Jawa tahun
1960-an. Jawa menyumbangkan lebih dari rata rata kontribusi pangan nasional,
dalam arti hasil dibanding daerah lain di Indonesia, dan karena itu memainkan
peran utama dalam perubahan status Indonesia dari pengimpor beras terbesar
menjadi mandiri pada tahun 1985.
Namun demikian jika dilihat secara
kwalitatif dan kritis, terdapat berbagai persoalan yang berdampak terhadap
meningkatnya kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, serta represi politik terhadap
kaum tani. (Banyak study telah dilakukan diantaranya oleh Gunawan Riyadi).
Dalam rangka
untuk mencegah terjadinya penolakan penyebab marginalisasi akibat dari program
terebut pemerintah telah menerapkan suatu mekanisme konrol politik dengan memperkenalkan
“floating mass policy”, yakni melarang organisasi massa dan politik
berkembang di tingkat desa. Pemilihan kepala desa diganti dengan sistim
penunjukan, dan sering kali dengan seorang militer untuk melengkapi Komando
rayon militer di tingkat kecamatan. Pembentukan KUD sebagai satu-satuya
koperasi di tingkat kecamatan, serta kebijaksanaan tentang pemerintahan desa
yang berlaku sejak tahun 1979 untuk menggantikan model rembug desa, adalah juga
proses pembatasan politik petani melalui penciptaan lembaga yang bisa kontrol.
Revolusi Hijau dapat memberikan
keuntungan bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga memberikan dampak negatif
bagi kehidupan umat manusia.
Ø Keuntungan
Revolusi Hijau bagi umat manusia, antara lain sebagai berikut :
a. Revolusi Hijau menyebabkan munculnya
tanaman jenis unggul berumur
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja
pendek sehingga intensitas penanaman per tahun menjadi bertambah (dari satu kali menjadi dua kali atau tiga kali per dua tahun). Akibatnya, tenaga kerja yang dibutuhkan lebih banyak. Demikian juga keharusan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit akan menambah kebutuhan tenaga kerja
b. Revolusi Hijau dapat meningkatkan
pendapatan petani. Dengan paket teknologi, biaya produksi memang bertambah.
Namun, tingkat produksi yang dihasilkannya akan memberikan sisa keuntungan jauh
lebih besar daripada usaha pertanian tradisional.
c. Revolusi Hijau dapat merangsang
kesadaran petani dan masyarakat pada umumnya akan pentingnya teknologi. Dalam
hal ini, terkandung pandangan atau harapan bahwa dengan masuknya petani ke dalam
arus utama kehidupan ekonomi, petani, dan masyarakat pada umumnya akan menjadi
sejahtera.
d. Revolusi Hijau merangsang dinamika
ekonomi masyarakat karena dengan hasil melimpah akan melahirkan pertumbuhan
ekonomi yang meningkat pula di masyarakat. Hal ini sudah terjadi di beberapa
negara, misalnya di Indonesia.
Namun, bukan hanya danpak positif saja
yang diberikan akibat adanya revolusi hijau ini, ada juga dampak negative yang
muncul akibat revolusi hijau ini.
Ø Dampak negatif
munculnya Revolusi Hijau bagi para petani Indonesia, antara lain sebagai
berikut :
a. Sistem bagi hasil mengalami
perubahan. Sistem panen secara bersamasama pada masa sebelumnya mulai digeser
oleh sistem upah. Pembeli memborong seluruh hasil dan biasanya menggunakan
sedikit tenaga kerja. Akibatnya, kesempatan kerja di pedesaan menjadi
berkurang.
b. Pengaruh ekonomi uang di dalam
berbagai hubungan sosial di daerah pedesaan makin kuat.
c. Ketergantungan pada pupuk kimia dan
zat kimia pembasmi hama juga
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
berdampak pada tingginya biaya produksi yang harus ditanggung petani.d. Peningkatan produksi pangan tidak diikuti oleh pendapatan petani secara keseluruhan karena penggunaan teknologi modern hanya dirasakan oleh petani kaya.
C.
Perkembangan Industrialisasi
Perkembangan
industi yang pesat dewasa ini memang tidak terlepas dari proses perjalanan
panjang penemuan-penemuan baru dalam bidang industry, dimana selain
penemuan-penemuan baru di bidang industry masih ada lagi factor yang
menyebabkan terjadi industrialisasi, diantaranya yaitu pengaruh dari perkembangan
revolusi hijau. Dimana revolusi hijau ini menyebabkan upaya untuk
melakukan modernisasi yang berdampak pada perkembangan industrialisasi yang
ditandai dengan adanya pemikiran ekonomi rasional. Pemikiran tersebut akan
mengarah pada kapitalisme. Dengan industrialisasi juga merupakan proses budaya
dimana dibagun masyarakat dari suatu pola hidup atau berbudaya agraris
tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan berbudaya masyarakat industri.
Perkembangan industri tidak lepas dari proses perjalanan panjang penemuan di
bidang teknologi yang mendorong berbagai perubahan dalam masyarakat.
Industrialisasi ini juga berhasil menjerat Indonesia untuk masuk didalamnya.
Industrialisasi di Indonesia ditandai oleh :
a. Tercapainya efisiensi dan
efektivitas kerja.
b. Banyaknya tenaga kerja terserap ke
dalam sektor-sektor industri.
c. Terjadinya perubahan pola-pola
perilaku yang lama menuju pola-pola perilaku yang baru yang bercirikan
masyarakat industri modern diantaranya rasionalisasi.
d. Meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat
di berbagai daerah khususnya di kawasan industri.
e. Menigkatnya kebutuhan masyarakat
yang memanfaatkan hasil-hasil industri baik pangan, sandang, maupun alat-alat
untuk mendukung pertanian dan sebagainya.
Dari hal diatas, pemerintah Indonesia mulain
tertarik akan perkembangan industrialisasi di Indonesia. Untuk itu pemerintah
berupaya untuk meningkatkan industrialisasi di Indoensia, upaya yang dilakukan
pemerintah diantaranya yaitu:
a. Meningkatkan perkembangan jaringan
informasi, komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi
antarwilayah di Nusantara.
b. Mengembangkan industri pertanian.
c. Mengembangkan industri non pertanian
terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat.
d. Perkembangan industri perkapalan
dengan dibangun galangan kapal di Surabaya yang dikelola olrh PT.PAL Indonesia.
e. Pembangunan Industri Pesawat Terbang
Nusantara(IPTN) yang kemudian berubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Pembangunan kawasan industri di
daerah Jakarta, Cilacap, Surabaya, Medan, dan Batam.
Dengan adanya
tekhnologi baru dan revolusi industry, masyarakat dunia sekarang ikut menikmati
segala macam barang dan jasa yang bermutu dan jumlahnya pun semakin meningkat.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang turut menikmati kemajuan dari
perkembangan industry.
a. Industry pertanian.
Industry pertanian merupakan suatu upaya
untuk mengolah sumber daya hayati dengan bantuan tekhnologi industry.
Tekhnologi industry itu dapat menghasilkan berbagai macam hasil yang mempunyai
nilai lebih tinggi. Bentuk bentuk industry pertanian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
·
Industry
pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura.
·
Industry
pengolahan hasil perkebunan seperti industry minyak kelapa, industry
barang-barang karet dan sebagainya.
·
Industry
pengolahan hasil perikanan seperti industry pengolahan udang, rumput laut,
ubur-ubur dan lain sebagainya.
·
Industry
pengolahan hasil hutan seperti pengolahan kayu, pengolahan pulp, kertas dan
ranyon, serta industry pengolahan rotan.
·
Industry
pupuk, yaitu dengn memanfaatkan gas alam, serta eksploitsi sumber-sumber yang
baru.
·
Industry
pestisida yang dikembangkan terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun ekspor.
·
Industry
mesin dan peralatan pertanian.
Upaya
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan industry pertanian agar lebih baik
yaitu:
·
Melakukan
panca usaha tani
·
Penanganan
pascapanen
·
Menentukan
harga yang layak bagi produsen dan konsumen.
·
Penyediaan
sarana dan prasarana
·
Pengembangan
dan pemanfaatan tekhnologi.
·
Pemanfaatan
lahan kering, pekarangan dan rawa.
Pada dasarnya perekonomian Indonesia bersifat agraris, bahkan
hamper 80% wilayah Indonesia merupakan daerahpertanian dan sebagian besar
penduduk indionesia bekerja di sector pertanian.
Hasil hasil pertanian
yang meliputi hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan
kehutanan merupakan bahan mentah untuk kegiatan industry, seperti industry
furniture, tekstil, kertas, rokok, dan lain sebagainya. Sudah tentu, pengolahan
hasil produksi pertanian itu ditempuh melalui proses industry pabrtik. Beberapa
pabrik industry pengolahan hasil pertanian itu antara lain pabrik ban mobil
goodyear di bogor, pabrik kina di bandung, pabrik kertas di leces dan
padalarang, pabrik pengolahan udang di semarang dan lain sebagainya.
b. Industry nonpertanian
Industri nonpertanian adalah
industri yang aktivitasnya di luar bidang pertanian, meliputi industri maritim,
industri elektronika, industri pariwisata, industri pertambangan dan energi,
industri semen, besi baja, perakitan kendaraan bermotor. Berbagai macam
industri telah didirikan untuk meningkatkan produksinya. Pabrik semen di
Gresik, Padang, Cibinong, dan Ujung Pandang. Untuk memperkuat struktur industri
Indonesia yang masih lemah, mulai tahun 1984 pemerintah menyusun suatu langkah
strategis yang disebut “Peta Rangka Landasan” bidang industri dengan sistem
“Pusat Pertumbuhan Industri (Industrial Growth Center) “sebuah proyek
percontohan di Lhok Seumawe sebagai suatu wilayah terpadu dari pusat industri
petrokimia, pupuk Urea, semen, kertas, dan sebagainya. Upaya yang sama
dilaksanakan di Palembang, Gresik, Kupang, dan Kalimantan Timur.
·
Industri Pertambangan dan Energi
Industri pertambangan dan industri
diarahkan pada pemanfaatan dan penyediaan bahan baku bagi industri dalam
negeri, dan meningkatkan ekspor.
Contohnya
adalah:
Ø Industri tambang batu bara di
Sawahlunto
Ø Industri tambang emas di Irian Jaya
Ø Industri tambang minyak bumi di
Balikpapan, Palembang
Ø Industri tambang timah di Belitung
Ø Industri semen di Gresik, Padang,
Cibinong, Ujung Pandang
·
Industri Elektronika
Perkembangan elektronika di
Indonesia semakin maju seiring bermunculan perusahaan elektronika Maspion,
Polytron, LG, Panasonic (sekarang National dan Panasonic bergabung menjadi
Panasonic).
·
Industri Pariwisata
Indonesia (Pulau Bali) termasuk peringkat
5 setelah Hawai pada pariwisata
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata adalah:
internasional. Wilayah Indonesia termasuk wisata alam, budaya, dan teknologi. Adapun keuntungan industri wisata adalah:
Ø Mendatangkan devisa Negara
Ø Memperluas lapangan kerja
Ø Memacu pembangunan daerah
Ø Meningkatkan rasa cinta tanah air
Ø Mengembangkan kerajinan rakyat.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984, Departemen
Perindustrian secara nasional
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
membagi industri menjadi 4 kelompok,yaitu:
·
Industri mesin dan logam dasar (industri hulu)
·
Industri kimia dasar (industri hulu)
·
Kelompok aneka industri (industri hilir)
·
Industri kecil termasuk industri rumah tangga
Perkembangan industri pertanian dan
nonpertanian telah membawa hasil yang cukup menggembirakan. Hasil-hasilnya
telah dapat dirasakan dan dinikmati saat itu oleh masyarakat Indonesia, antara
lain sebagai berikut :
a. Swasembada Beras
b. Kesejahteraan Penduduk
c. Perubahan Struktur Ekonomi
d. Perubahan Struktur Lapangan Kerja
e. Perkembangan Investasi
D.
Perkembangan Tekhnologi Informasi
Dan Komunikasi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi menampakkan kemajuan sekitar abad ke-19, ketika para ilmuan berhasil
menemukan berbagai penemuan penting. Misalnya penemuan di bidang keasehatan
yang memungkinkan kesehatan manusia menjadi lebih baik. Perkembangan itu sampai
sekarang masih berlangsung dan telah mengubah cara kehidupan manusia diseluruh
dunia. Namun yang paling menakjubkan dalam penemuan itu adalah perkembangan di
bidang tekhnologi informasi dan komunikasi.
a. System
informasi dan komunikasi.
Teknologi
informasi merupakan
gabungan antara teknologi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Pengembangan teknologi
hardware cenderung menuju ukuran yang kecil dengan kemampuan serta
kapasitas yang tinggi. Namun diupayakan harga yang relatif semakin
murah. Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan cepat, tepat dan
akurat sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Perkembangan teknologi
informasi telah memunculkan berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada
teknologi, seperti : e-government, e- commerce, e-education, e-medicine,
e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.
Teknologi Informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data, meliputi : memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dengan berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas. Informasi yang dibutuhkan akan
relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi
ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk
menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
Dengan ditunjang teknologi informasi telekomunikasi data
dapat disebar dan diakses secara global. Peran yang dapat diberikan oleh
aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan
pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi, dan rohani.
Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis,
dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu
dengan pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu,
negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat
bertukar pikiran. Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara baru
dalam kehidupan, dari kehidupan itu dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan
seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh
berbagai kebutuhan secara elektronik. Sehingga sekarang sedang semarak dengan
berbagai terminologi yang dimulai dengan awalan e seperti e-commerce,
e-government, e-education, e-library, e-journal, e-medicine, e-laboratory,
e-biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika.
Ekonomi global juga mengikuti evoluasi
dari agraris dengan ciri utama tanah merupakan faktor produksi yang paling
dominan. Melalui penemuan mesin uap, ekonomi global ber-evolusi ke arah ekonomi
industri dengan ciri utama modal sebagai faktor produksi yang paling penting.
Abad sekarang, cenderung manusia menduduki tempat sentral dalam proses produksi
berdasar pada pengetahuan (knowledge based) dan berfokus pada informasi
(information focused). Telekomunikasi dan informatika memegang peranan sebagai
teknologi kunci (enabler technology). Perkembangan teknologi
informasi yang begitu pesat, memungkinkan diterapkannya cara-cara yang lebih
efisien untuk produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa. Proses inilah
yang membawa manusia ke dalam masyarakat atau ekonomi informasi sering disebut
sebagai masyarakat pasca industri. Pada era informasi ini, jarak fisik atau
jarak geografis tidak lagi menjadi faktor penentu dalam hubungan antar manusia
atau antar lembaga usaha, sehingga dunia ini menjadi suatu kampung global atau
Global Village.
b. Perkembangan
media komunikasi Massa di Indonesia.
Komunikasi massa dikenal di
Indonesia sejak abad ke-18, tahun 1744 ketika sebuah surat kabar bernama
Bataviasche Nouvelles diterbitkan oleh pengusahaan Belanda. Kemudian terbit
Vendu Niews tahun 1776 yang mengutamakan diri pada berita pelelangan. Ketika
memasuki abad ke-19, terbit berbagai surat kabar lainnya yang semuanya
diusahakan oleh orang-orang Belanda untuk para pembaca Belanda dan segelintir
kaum pribumi yang mengerti bahasa Belanda. Kemudian media massa yang dikelola
oleh pribumi mulai dengan terbitnya majalah Bianglala tahun 1854 dan Bomartani
1885, keduanya di Weltevreden. Selain itu pada tahun 1856 terbit Soerat kabar
Bahasa Melajoe di Surabaya. Umumnya media itu terbit di Jawa. Ini dikarenakan
percetakan sebagai sarana yang sangat vital untuk menerbitkan media hanya ada
di Jawa. Itu sebabnya pers di Sumatera dan pulau-pulau lainnya berkembang
belakangan. Di Padang misalnya muncul terbit pertama kalinya Pelita Kecil tahun
1882 dan Partja Barat tahun 1892. Kaum pribumi kemudian mulai banyak
menerbitkan media sendiri pada abad ke-20.
Setelah kemerdekaan, kehidupan pers ikut
menikmati kemerdekaan dengan bebas dari berbagai tekanan. Media pun bermunculan
seperti cendawan di musim hujan. Seperti di Jakarta terbit Merdeka pada 1
Oktober 1945, di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakya tahun 1945, di Surabaya
terbit Jawa Pos tahun 1949 dan Surabaya Pos tahun 1953. Tetapi suasan bebas ini
hanya berlangsung selama masa Demokrasi Liberal (1945-1959). Setelah itu muncul
Demokrasi terpimpin (1959-1965), pada masa ini banyak pembatasan terhadap
kehidupan pers, kerenanya pers Indonesia pada masa itu boleh disebut sebagai
pers otoriter. Kemudian pers di Indonesia kembali sedikit menerima udara bebas
pada masa Orde Baru lahir tahun 1966 dan keadaan ini berlangsung hingga tahun
1974. Hal ini terlihat dengan terbitnya kembali sejumlah surat kabar yang pada
masa Demokrasi Terpimpin pernah di berdel, yaitu Merdeka (Juni 1966), Berita
Indonesia (Mei 1966), Indonesia Observer (September 1966), Nusantara (Maret
1967), Indonesia Raya (Oktober 1968), Pedoman (November 1968) dan Abadi
(Desember 1968).
Pada masa Orde Baru pers Indonesia disebut
sebagai pers pancasila, cirinya adalah bebas dan bertanggungjawab. Di mana
selanjutnya mendapat penegasan dari Tap MPR No.IV/1973 dan Tap MPR No.III/1983
agar pers di Indonesia dijadikan sebagai pers sehat, yaitu pers yang
menjalankan fungsinya sebagai penyebar infomasi yang objektif, menyalukan
aspirasi rakyat serta memperluas komunikasi dan partisipasi rakyat.
Aturan yang menindas pers itu terus
dilestarikan pada era Soeharto, represi sudah dijalankan bahkan sejak pada awal
era Orde Baru yang menjanjikan keterbukaan. Sejumlah Koran menjadi korban,
antara lain majalah Sendi terjerat delik pers, pada 1972, karena memuat tulisan
yang dianggap menghina Kepala Negara dan keluarga. Surat ijin terbit Sendi
dicabut, pemimpin redaksi-nya dituntut di pengadilan. Setahun kemudian, 1973, Sinar
Harapan, dilarang terbit seminggu karena dianggap membocorkan rahasia negara
akibat menyiarkan Rencana Anggaran Belanja yang belum dibicarakan di parlemen.
Pengekangan terhadap pers kembali terjadi
pada 1978, berkaitan dengan maraknya aksi mahasiswa menentang pencalonan
Soeharto sebagai presiden. Sebanyak tujuh surat kabar di Jakarta (Kompas, Sinar
Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore)
dibekukan penerbitannya untuk sementara waktu hanya melalui telepon, dan diijinkan
terbit kembali setelah masing-masing pemilik Koran tersebut meminta maaf kepada
pemimpin nasional (Soeharto).
Pada era Soeharto terdapat tiga faktor
utama penghambat kebebasan pers dan arus informasi: adanya sistem perizinan
terhadap pers (SIUPP), adanya wadah tunggal organisasi pers dan wartawan, serta
praktek intimidasi dan sensor terhadap pers. Faktor-faktor itulah yang telah
berhasil menghambat arus informasi dan memandulkan potensi pers untuk menjadi
lembaga kontrol.
Jatuhnya Soeharto ternyata tidak dengan
sendirinya mengakhiri berbagai persoalan. Periode transisi, di era Presiden
Habibie berlanjut ke Presiden Abdurrahman Wahid, suasana keterbukaan justru
memunculkan berbagai persoalan baru yang lebih kompleks, tidak sekadar
hitam-putih.
Rezim Habibie, tidak punya pilihan lain,
selain harus melakukan liberalisasi dan itu pun bukan tanpa ancaman. Era
Abdurrahman Wahid memperlihatkan kesungguhan untuk mengadopsi kebebasan pers,
namun masih harus ditunggu sejauh mana keseriusan rezim Gus Dur-Megawati menegakkan
kebebasan pers, mengingat basis pendukung dua pemimpin ini (Banser NU dan
Satgas PDI Perjuangan) kini terbukti cenderung merongrong kebebasan pers
melalui aksi-aksi intimidasi terhadap pers. Ancaman terhadap kebebasan pers
yang semula datang dari pemerintah melalui berbagai aturan represif, beralih
wujud melalui tekanan massa serta ancaman internal: tumbuhnya penerbitan pers
yang sensational dan tidak mengindahkan etika.
Departemen Penerangan, lembaga kontrol
yang dua dasawarsa lebih menjadi hantu pencabut nyawa bagi Pers, dibubarkan
oleh Presiden Abdurrahman Wahid, pada Oktober 1999. Presiden Wahid yang baru
terpilih itu menegaskan, informasi adalah urusan masyarakat, bukan lagi menjadi
urusan pemerintah. Pembubaran Departemen Penerangan menandai hilangnya kontrol
negara, selanjutnya siapa mengontrol pers? Babak baru perkembangan pers
Indonesia sedang berlangsung, belum ketahuan ke mana arahnya, banyak catatan
sejarah pers di Indonesia berada pada titik rekaman tekanan dan intimidasi.
Pers Indonesia terperangkap dalam ranjau-ranjau peraturan dan sensor yang
dipasang pemerintah. Pengalaman di Indonesia, kebebasan itu seakan-akan
merupakan berkah atau hadiah dari penguasa baru yang muncul menggantikan
penguasa otoriter sebelumnya. Kebebasan pers setelah masa reformasi membawa
peluang besar bagi kelompok pengusaha.
Era reformasi telah membuka kesempatan
bagi pers Indonesia untuk mengekplorasi kebebasan. Dampak yang kemudian
terlihat, kebebasan itu untuk sebagian media, bukannya diekplorasi melainkan dieksploitasi.
Sejumlah kebingungan dan kejengkelan terhadap kebebasan pers di era reformasi
ini bisa dipahami. Kini media bebas untuk mengumbar sensasi, informasi yang
diedarkan adalah yang bernilai jual tinggi, dikemas dengan gaya sensasi. Akibat
ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindak pers,
maka “publik” kemudian menjalankan aksi menghukum pers sesuai tolok ukur mereka
sendiri.
Era reformasi kini telah memproduksi media
massa berorientasi populis, mengangkat soal-soal yang digunjingkan masyarakat.
Akibatnya seringkali media massa menyebarkan informasi yang sebenarnya
berkualifikasi isu, rumor bahkan dugaan-dugaan (hingga cacian dan hujatan).
Pada ekstrim yang lain terdapat pula pers yang diterbitkan untuk tujuan
politis: mempengaruhi dan membujuk pembacanya agar sepakat dan ikut dengan
ideologi dan tujuan politisnya, atau bahkan menyerang dan membungkam pihak
lawan.
Media massa sebagai penyalur informasi
mengemas apapun yang bisa diinformasikan, asalkan itu menyenangkan dan sedang
menjadi gunjingan publik. Gaya media semacam ini kemudian mendapat reaksi
sepadan dari kelompok masyarakat tertentu yang cenderung radikal dan tertutup,
atau kelompok-kelompok yang mengklaim kebenaran sebagai milik mereka. Jika
pemberitaan media tidak menyenangkan pihaknya atau kelompoknya, maka jalan
pintasnya adalah melabrak dan mengancam yang ternyata memang terbukti sangat
efektif bahkan sampai pada masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono
kondisi komunikasi massa di Indonesia tampak jauh lebih baik dari sisi
penyajiannya, namun sampai saat ini banyak materi-materi yang disajikan,
menyimpang dari apa yang dicita-citakan. Hal ini ditandai dengan semakin
banyaknya media cetak maupun elektronik hadir dikalangan masyarakat, yang
orientasinya lebih kepada meraut keuntungan dunia usaha.
c. System
komunikasi satelit domestic (SKSD) Palapa.
Dalam pembangunan ilmu pengetahuan
dan tekhnologi di Indonesia dilakukan pembangunan system komunikasi
satelit domestic (SKSD) untuk keperluan komunikasi. Pembangunan satelit itu
dimulai tahun 1975 dan selesai tahun 1976. Satelit itu diberi nama palapa yang
diambil dari sumpah mahapatih gajah mada untuk menyatukan nusantara. SKSD
Palapa merupakan suatu system satelit komunikasi yang dikendalikan oleh system
pengendali yang ada di bumi, yang mempunyai fungsi sebagai sarana dalam
berbagai aktivitas komunikasi.
Satelit komunikasi mempunyai masa kerja
tertentu, satelit yang masa kerjanya sudah habis harus diganti dengan satelit
generasi baru. Generasi pertama dari SKSD Palapa adalah Palapa A-1 yang
diluncurkan pada tanggal 18 juli 1976. Berturut-turut dari generasi satelit
yang diluncurkan adalah :
·
Palapa
A-2 (10 Maret 1977).
·
Palapa
B-1 (19 Juni 1983).
·
Palapa
B-2 (6 February 1984)
·
Palapa
B-2P ( 20 Maret 1987).
·
Palapa
B-2R (20 Maret 1990).
·
Palapa
B-4 (7 Mei 1992).
·
Palapa
C-1 (February 1996).
·
Palapa
C-2 yang diluncuran pada tanggal 16 mei 1966.
Sekarang ini, kita juga mengenal satelit
komunikasi yang lain yakni telkomsel-1 dan garuda-1.
Jangkauan dari satelit palapa C-2
meliputi wilayah dari Irian sampai Vladiwostok (Rusia) dan dari Australia
sampai selandia baru. Melalui SKSD Palapa, hubungan komunikasi antar daerah dan
antarnegara menjadi lebih mudah. System komunikasi tersebut memungkinkan bangsa
Indonesia mengetahui berbagai informasi yang disajikan melalui televise secara
cepat.
d. Radio.
Radio siaran pertama di Indonesia
(waktu itu bernama Nederlands Indie-Hindia Belanda), ialah Bataviase radio
siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan
pada tanggal 16 juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda dan
berstatus swasta. Setelah BRV berdiri secara serempak berdiri pula badan-badan
radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan yang
paling terbesar dan terlengkap adalah radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio
Omroep Mij) di Jakarta, Bandung, dan Medan, karena mendapat bantuan dari
pemerintah Hindia Belanda. Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa
Indonesia adalah Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan di kota Solo
pada tanggal 1 April 1933 oleh Mangkuneoro VII dan Ir. Sarsito Mangunkusumo.
Ketika Belanda menyerah pada Jepang
tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya
berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus
bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di
Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang bernama Hoso Kyoku di Bandung,
Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Rakyat
Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran Hoso Kyosu saja. Namun
demikian di kalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan risiko kehilangan
jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka
dapat mengetahui bahwa pada 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada
sekutu.
Dengan demikian, ketika Bung Karno dan
Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tidak dapat disiarkan
langsung melalui radio siaran karena radio siaran masih dikuasai oleh Jepang.
Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia baru dapat disiarkan dalam bahasa
Indonesia dan Inggris pukul 19.00 WIB namun hanya dapat didengar oleh penduduk
disekitar Jakarta. Baru pada tanggal 18 Agustus 1945, naskah bersejarah itu
dapat dikumandangkan kelluar batas tanah air dengan risiko petugasnya
diberondong senjata serdadu Jepang. Tak lama kemudian dibuat pemancar gelap dan
berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan station call”Radio Indonesia
Merdeka”. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan pimpinan lainnya
menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat
Indonesia.
Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh
kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk
mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi
hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).
Sampe akhir tahun 1966 RRI adalah
satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh
pemerintah. Peran dan fungsi radio siaran ditingkatkan. Selain berfungsi
sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui
RRI menyajikan acara pendidikan persuasi. Acara pendidikan yang berhasil adalah
“Siaran Pedesaan” yang mulai diudarakan pada bulan September 1969 oleh stasiun
RRI Regional. Selanjutnya, stasiun RRI Regional juga membantu menginformasikan
program-program pemerintah, seperti Keluarga Berencana, transmigrasi,
kebersihan lingkungan, imunisasi ibu hamil dan balita. Sejalan dengan
perkembangan social budaya serta teknologi, maka bermunculan beberapa radio
siaran amatir yang diusahakan oleh perorangan. Keadaan ini tidak dapat
dihindari, namun perlu ditertibkan. Pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan
Pemerintah No.55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah. Karena jumlah
radio siaran swasta niaga semakin lama semakin banyak, serta fungsi dan
kedudukannya penting bagi masyarakat, maka pada tahun 1974 stasiun-stasiun
radio siaran swasta niaga berhimpun dalam wadah yang dinamakan Persatuan Radio
siaran Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).
e. Televisi.
Kegiatan penyiaran televisi di
Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan
berlangsungnya pesta olahraga se- Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak
itu pula Televisi republik Indonesia (TVRI) dipergunakan sebagai panggilan
stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah,
dkk. 1999) Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam
sehari dengan segala kesederhanaannya.
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan
keinginan rakyat Indonesia yang tersebar diberbagai wilayang agar dapat
menerima siaran televise, maka pada tanggal 6 Agustus 1976, Presiden Soeharto
meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi.
Dalam perkembangannya satelit Palapa A selanjutnya Satelit Palapa B, Palapa
B-2, Palapa B2P dan Palapa B-4 diluncurkan tahun 1992 (Effendy, pada Komala,
dalam Karlinah, dkk. 1999).
TVRI yang berada di bawah, Departemen
Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat
Indonesia yang berjumlah 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan
televise siaran lainnya, yakni RCTI yang bersifat komersial. Kemudian secara
berturut-turut berdiri stasiun televise swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTV
, dll.
Meskipun lima stasiun televisi sudah
beroperasi, televise siaran tidaka akan pernah menggeser kedududkan radio
siaran, karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri. Televise siaran
dan rasio siaran, serta media lainnya berperan salaing mengisi. Televise siaran
menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan.
KESIMPULAN
·
Revolusi
Hijau merupakan bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
pertanian pada abad sekarang ini. Revolusi Hijau pada dasarnya adalah suatu
perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional ke cara modern.
Lahirnya Revolusi Hijau melalui proses panjang dan akhirnya meluas ke wilayah
Asia dan Afrika. Revolusi Hijau mulai mendapat perhatian setelah Thomas Robert
Malthus (1766–1834) mulai melakukan penelitian dan memaparkan hasilnya.
·
Upaya
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian yaitu dengan
cara Intensifikasi pertanian, Ekstensifikasi pertanian, Diversifikasi pertanian,
dan Rehabilitasi pertanian.
·
Industrialisasi
merupakan salah satu dampak dari adanya revolusi hijau, dimana ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu industi pertanian, dan industry nonpertanian.
·
Tekhnologi
informasi dan komunikasi berkembang pesat di Indonesia, ini dapat dilihat dari
perkembangan media massa di Indonesia yang semakin pesat, bukan hanya itu tapi
perkembangan radi, satelit domestic, dan juga radio pun berkembang pesat.
DAFTAR
PUSTAKA
Badrika,
I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sudirman
Tebba, Jurnalisme Baru, Kalam Indonesia, Jakarta, 2005
ww.id.yahooanswer.com\
challengerofthedream.blogspot.co.id
KABAR BAIK
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Zara, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 400 juta rupiah (Rp400.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Zaradam@yahoo.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut