Jumat, 18 Oktober 2019

Menurut Pandangan Psikologis Menanggapi Kebencian di Suatu Hubungan

Pasangan yang paling Anda cintai bisa menjadi seseorang yang paling mungkin membuat Anda jengkel. Ketertarikan yang Anda rasakan pertama kali terhadapnya malah bisa berubah menjadi sesuatu yang mengganggu Anda pada saat ini.

Dalam penelitian yang dilakukan sosiolog di University of California (dipelopori oleh Diana Felmlee) bisa mengungkap alasan di balik itu semua.

Apa alasannya perubahan itu?

Sifat hubungan emosi panjang membuat pasangan mengembangkan kombinasi beracun dari kekecewaan dan paparan yang berulang-ulang.

Kekecewaan itu terjadi ketika tahap idealisasi dan egois dari masing masing personal. Kita akan memaafkan segala kebiasaannya yang menjengkelkan ketika mimpi cinta masih terlihat menakjubkan, namun itu akan berubah ketika berganti dengan kacamata pembesar yang kritis.

Lalu ada lagi efek 'dripping tap'. Ketika Anda berhubungan emosi, dendam, bahkan berusaha meninggalkan dengan waktu yang panjang dengan seseorang, hal yang sama akan terjadi berulang-ulang. Apa yang awalnya tidak mengkhawatirkan dalam dosis kecil, namun berubah ketika secara terus menerus berulang.

*Lantas bagaimana cara mengatasinya?*

Forgiveness memiliki arti teminologis dua hal, yaitu meminta maaf dan memaafkan. Menurut Leonardo Horwitz pakar ahli psikoanalisa dari Greater Kansas City Psycoanalitic Institute, untuk melakukan dua hal ini ada elemen yang dilibatkan termasuk korban, pelaku, juga berbagai tingkat trauma, luka dan ketidakadilan.
Subkoviak dkk, menyatakan bahwa dalam memaafkan, individu mengatasi kebencian terhadap pihak yang berbuat salah, tetapi tidak menyangkal mereka untuk mendapatkan hak atas kebencian tersebut. Individu yang memaafkan mencoba untuk berbuat baik, mengasihani bahkan memberikan cinta terhadap pihak yang telah menyakitinya.
Konsep yang serupa juga oleh Rye dkk yang mengkonseptualisasikan forgiveness sebagai respon terhadap transgressor yang meliputi pelepasan efek negatif (misal; bermusuhan), kognisi (misal;pikiran untuk balas dendam) dan perilaku (misal;agresi verbal) dan juga melibatkan respon positif terhadap transgressor (misal;rasa kasihan). Ken Hart menyatakan forgiveness adalah *kesembuhan dari ingatanyang terluka, bukan menghapuskan.* Forgiveness juga diartikan sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial.

Ada beberapa kesimpulan dari buku tersebut :

1. Segala bentuk kekecewaan dan dendam sebesar apapun tak bisa di lupakan, cuma bisa di maafkan

2. Pemaparan dan gerak apapun yang dilakukan (pihak yang merugikan) terhadap (pihak yang di rugikan) akan di anggap negatif karena beberapa faktor yang ada. Salah satunya adalah faktor kekecewaan yang terus menerus tertumpuk.

3. Hal yang dilakukan (pihak yang dirugikan) semata mata adalah bentuk pemberontakan atas segala penindasan dan keluh kesah selama beberapa kurun waktu yang dia rasakan. Pada dasarnya cuma satu tuntutan, yaitu agar (pihak yang merugikan) memahami atas apa yang (pihak di rugikan) rasakan.

4. Ini adalah fakta termencengangkan, yaitu bahwa dendam, emosi, negatif thinking, serta kekecewaan adalah bentuk perhatian terbesar yang (pihak dirugikan) lakukan. Karena hal tersebut adalah suatu bentuk pembuktian bahwa (pihak yang dirugikan) peduli dan menuntut atas (pihak yang dimerugikan) agar lebih belajar dan memperlakukan dia lebih baik kedepannya.

5.  Karena pada dasarnya ketidak pedulian ada ketika rasa 'acuh tak acuh' timbul

0 komentar:

Posting Komentar