Jumat, 10 Maret 2017

Sajak "Perdebatan Ujung dari Sebuah Pucuk Pengharapan"

Selamat malam guys.. maaf admin sudah lama tidak post apapun, soalnya lagi berjuang sebagai Pejuang UN, hehehehe..
Kali ini ada percakapan dua sosok makhluk astral yang berdebat menggunakan bahasa alien nihh :D
dan salah satunya adalah admin sendiri.. hahahaha

Perdebatan Ujung dari Sebuah Pucuk Pengharapan

A   :   Hai sosok penerangku, jikala kau perlu sesuatu? Jangan datang padaku, aku hanyalah kelabu yang akan memebuat sosokmu perlahan menjadi abu dalam kalbu.”
B   :   “Ketahuilah! Tak ada yang membanggakan diri untuk menjadi sang abadi, yang hanya ialah sebait nama yang berusaha membuat keberadaannya berarti.”
A  :   “Ya, kala nama itu telah terpatri dalam hati, siapakah gerangan yang bisa mengganti? Sungguh hadirnya menumpahkan banyak arti, dan sekali lagi.. aku telah terhenti.”
B   :   “Seperti halnya senja, akupun begitu.. berusaha memberi sesuatu yang tak mudah dilupakan, karna pada hakikatnya aku akan tenggelam bersama bayang bayang yang takkan lagi bisa menyinarimu.”
A   :   “Senja memang banyak meyisahkan kisah dan ribuan cerita.. satu dari beberapa kisah terbenam dalam angan.”
B   :   “Mungkin esok atau lusa, kita akan bertemu lagi di waktu atau tempat yang sama meski terkadang dalam keadaan yang berbeda, siapa yang tahu akan hal itu?”
A   :   “Berbicara mengenai waktu, mungkin kita akan merasa jenuh atau muak dengan detakan yang tak ada hentinya.. tapi, darinya yang tak pernah menyerah mengajarkan kita mengenai rentetan cerita dengan durasi masing masing.. begitu pula aku yang tak pernah henti mendetakkan jantung hanya demi memaknaimu dalam hidup untuk kubawa dalam damaiku.”
B   :   “Mungkin hanya itu yang bisa, bersama dengan tempat ini akan kuselipkan sebuah sejarah, oh mungkin kenangan? Atau apa saja tentangmu.. agar terpatri didalam sanubariku.. terbawa bersama semerbak wangi itu dan terbawa oleh angin yang menghembus menerjang jiwamu.. dikala itu, kini, hingga nanti..”
“Dan satu lagi.. takkan ada kalimat yang mampu mengungkapkannya, karna beribu bait, sajak, bahkan puisi takkan mampu menjinakkan perasaan ini.. hanya saja aku bertitip pesan untukmu.. tolong jangan hina aku, karna sang mega pun tau sebelum saat ini ada, aku pernah menjadi sesuatu yang pernah kau nanti.. waktu itu, meski bukan saat ini.”

0 komentar:

Posting Komentar